hujan.
yaaa, aku mengigatmu yang semakin samar ditempa deras tetesannya
hujan.
yaaa, aku memeluk dinginmu yang semakin lama justru terasa semakin dinginnya
hujan.
yaaa, aku menunggumu dari balik bulir-bulir yang jatuh satu per satu itu
entah, posisi apa lagi yang harus aku tanyakan
entah, tempat yang mana lagi yang harus aku desakkan
aku menyesal. meninggalkanmu jauh dibelakang
tersamar hujan yang deras menusuki apapun yang ia sentuh
aku menyesal. melepasmu dari dekap peluk itu
dihembus badai yang semakin menjauhkan apa yang sebelumnya terasa hanya berjarak satu kelingking saja.
apa kabar wahai hati yang terkekang?
baikkah? atau justru sebaliknya?
apa kabar wahai pemilik seantero kebijaksanaan?
baikkah? atau justru sebaliknya?
isak ini sama halnya dengan sebuah kesia-siaan
menangisimu yang semakin tidak peduli itu
merindukanmu yang semakin menjauh itu
memikirkanmu sekali lagi. haruskah aku menyadarkanmu kali ini?
hujan.
bolehkah kupinta satu hal padamu hujan?
bawa apapun yang bisa kau bawa untuk kembali
seret apapun hal baik yang bisa kau sentuh untuk kembali
ambil apapun yang bisa membawanya untuk kembali.
ya dia, dia dan hanya dia.
kau tau, hujan selalu polos mengikuti perintah langit untuk membasahi apapun di bawahnya
bagaimana denganmu? sang pemilik seantero kebijaksanaan?
kau tau, bulir hujan selalu membawa sejuk bagi apapun yang ia sentuh dan temui
bagaimana denganmu? wahai hati yang terkekang?
akan ada hal yang lebih baik saat kau berani untuk mengikhlaskan, akan ada hujan saat mentari terlalu terik di atas sana. akan ada sejuk yang datang setelah sebuah gersang. akan ada hati yang baru setelah kehilangan hati yang lama. akan ada. yaaa selalu ada.
hujan tak pernah membawa sebuah kebohongan,
ia akan benar-benar deras saat langit begitu gelapnya
dan akan berupa rintik saat langit bewarna abu terang.
hujan tak akan pernah membawa sebuah kebohongan.
ia akan turun saat siklus memanggilnya
dan akan bersembunyi saat siklus diam saja.
ialah hujan. bagaimana denganmu? wahai hati yang terkekang dan pemilik seantero kebijaksanaan?
-cvtr-
berteman hujan di suatu siang.
yaaa, aku mengigatmu yang semakin samar ditempa deras tetesannya
hujan.
yaaa, aku memeluk dinginmu yang semakin lama justru terasa semakin dinginnya
hujan.
yaaa, aku menunggumu dari balik bulir-bulir yang jatuh satu per satu itu
entah, posisi apa lagi yang harus aku tanyakan
entah, tempat yang mana lagi yang harus aku desakkan
aku menyesal. meninggalkanmu jauh dibelakang
tersamar hujan yang deras menusuki apapun yang ia sentuh
aku menyesal. melepasmu dari dekap peluk itu
dihembus badai yang semakin menjauhkan apa yang sebelumnya terasa hanya berjarak satu kelingking saja.
apa kabar wahai hati yang terkekang?
baikkah? atau justru sebaliknya?
apa kabar wahai pemilik seantero kebijaksanaan?
baikkah? atau justru sebaliknya?
isak ini sama halnya dengan sebuah kesia-siaan
menangisimu yang semakin tidak peduli itu
merindukanmu yang semakin menjauh itu
memikirkanmu sekali lagi. haruskah aku menyadarkanmu kali ini?
hujan.
bolehkah kupinta satu hal padamu hujan?
bawa apapun yang bisa kau bawa untuk kembali
seret apapun hal baik yang bisa kau sentuh untuk kembali
ambil apapun yang bisa membawanya untuk kembali.
ya dia, dia dan hanya dia.
kau tau, hujan selalu polos mengikuti perintah langit untuk membasahi apapun di bawahnya
bagaimana denganmu? sang pemilik seantero kebijaksanaan?
kau tau, bulir hujan selalu membawa sejuk bagi apapun yang ia sentuh dan temui
bagaimana denganmu? wahai hati yang terkekang?
akan ada hal yang lebih baik saat kau berani untuk mengikhlaskan, akan ada hujan saat mentari terlalu terik di atas sana. akan ada sejuk yang datang setelah sebuah gersang. akan ada hati yang baru setelah kehilangan hati yang lama. akan ada. yaaa selalu ada.
hujan tak pernah membawa sebuah kebohongan,
ia akan benar-benar deras saat langit begitu gelapnya
dan akan berupa rintik saat langit bewarna abu terang.
hujan tak akan pernah membawa sebuah kebohongan.
ia akan turun saat siklus memanggilnya
dan akan bersembunyi saat siklus diam saja.
ialah hujan. bagaimana denganmu? wahai hati yang terkekang dan pemilik seantero kebijaksanaan?
-cvtr-
berteman hujan di suatu siang.